Sosmed:

Latest Post

Showing posts with label Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Tokoh. Show all posts

Wednesday 13 January 2016

Saturday 9 January 2016

BERCERMIN DARI KAYU GAHARU




Ustadz Ahmad Ridwan Abu Fairuz, MA
Bismillahi..



Betapa mahalnya nilai kayu Gaharu. bisa dihargai puluhan bahkan ratusan juta perkilo. Tahukah anda apa yang membuat ia mahal? Jawabnya adalah karena harumnya yang begitu semerbak. Ketika anda membakarnya sedikit di tungku perapian,ia akan mengeluarkan harum yang begitu dahsyat dan mempesona. Untuk itulah kayu ini diburu sampai ke dalam hutan belantara. Karena harganya yang meroket.

Bagaikan kayu gaharu yang menjadi harum semerbak setelah dibakar, demikian juga dengan kehidupan di dunia ini. Segala kenikmatan,keberuntungan dan kejayaan baru kan diperoleh setelah proses panjang yang melelahkan. Berbagai sandungan,rintangan, tantangan akan senantiasa mengiringi mukmin untuk mencapai kejayaan.

Jika bukan karena diusir dari negeri Mekkah tiada wujud Madinatun Nabi sebagai basis pemerintahan Islam awal yang darinya tersebar cahaya hidayah ke seluruh penjuru.

Jika bukan karena Ibrahim terusir dari Babilonia,tak kan ada sejarah Baitul Maqdis di Palestina. Jikalah tanpa pengorbanan Hajar dan Ismail yang ikhlas ditempatkan Ibrahim- atas titah Allah-di lembah yang tandus dan kering, tak kan ada yang namanya Ka'bah dan Masjidil Haram.

Jikalah tidak dibuang di sumur,dijual sebagai budak,difitnah istri menteri,dan dipenjara bertahun-tahun tanpa proses dan tampa kesalahan, tiada kan pernah ada kisah kejayaan Yusuf menjabat sebagai orang penting dan bagian dari penguasa Mesir.

Dalam hidup ini kan selalu ada berbagai bentuk ujian dan penderitaan untuk menentukan siapa hakikat seseorang.Tanpa ujian tiada kan dapat dibedakan mana pemenang dan mana pecundang, mana pengkhianat dan mana pahlawan.

BBM @kajianislam

Friday 8 January 2016

Apa itu haikal Sulaiman? Bikin orang penasaran

Haikal Sulaiman


Apa itu haikal Sulaiman? Bikin orang penasaran.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Haikal Sulaiman, haikal dalam bahasa Ibrani artinya baitul ilah (Baitullah). Berdasarkan riwayat dari Yahudi, bahwa Nabi Daud ‘alaihis salam adalah orang yang pertama kali berencana membangun Haekal. Namun beliau wafat sebelum rencana itu terlaksana. Kemudian rencana itu dilanjutkan oleh putranya, Sulaiman ‘alaihis salam. Beliau membangun Haekal di atas gunung Muria, yang lebih dikenal dengan Piramida Suci. Tempat ini di atas masjidil aqsha, dan masjid kubah batu.
Haekal ini sangat diagungkan orang yahudi. Mereka anggap itu tempat ibadah yang mulia. Dan Sulaiman membangun tempat ini untuk mereka dan keturunan mereka.
(Fatwa Islam, no. 230200)
Dalam Ensiklopedi tentang Inggris, terbitan tahun 1926 M (teks berbahasa arab)
أن اليهود يتطلعون إلى اجتماع الشعب اليهودي في فلسطين واستعادة الدولة اليهودية وإعادة بناء الهيكل وإقامة عرش داود في القدس ثانية وعليه أمير من نسل داود
Bahwa Yahudi berencana mengumpulkan semua masyarakat Yahudi di Palestina, dan menyiapkan pembangunan negara yahudi, serta membangun kembali Haekal, mengembalikan singgasana Daud di kota Quds kedua, dan harus ada penguasa dari keturunan Daud.

Sejarah Haekal Tidak Pasti?

Kita belum bisa memastikan keberadaan Haekal, apakah itu benar-benar ada ataukah hanya konspirasi sejarah yang dibangun Yahudi untuk memotivasi masyarakatnya agar bisa menjajah Palestina. Artinya, tidak kita benarkan dan juga tidak kita ingkari. Karena berita ahli kitab, ada kemungkinan benar dan ada kemungkinan dusta.
Karena itulah, dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Orang ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada kaum muslimin.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم، وقولوا: آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ
“Janganlah kalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, namun ucapkan: Kami beriman dengan kitab yang diturunkan kepada kami (alquran) dan kitab yang diturunkan kepada kalian.” (HR. Bukhari, 4485)
Dan sebenarnya kita – sebagai umat islam – tidak memiliki banyak kepentingan dengan keberadaan Haekal ini. Percaya maupun tidak percaya dengan keberadaannya, tidak membuat kita lebih beriman. Sehingga bisa jadi akan sia-sia waktu kita, ketika info semacam ini  harus kita cari dengan mendalam.
Jika informasi tentang keberadaan Haekal itu benar, islam tidak pernah menolaknya. Karena islam tidak pernah menolak realita.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Ibnu Shayyad, Sahabat yang Dikira Dajjal



TAHUKAH Anda dengan Ibnu Shayyad? Ya, dia adalah orang dikira sebagai Dajjal, sebab memiliki ciri-ciri yang sama seperti halnya Dajjal. Ciri-ciri yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW ini, membuat para sahabat lebih waspada. Maka, ketika mendengar bayi lahir dengan ciri-ciri tersebut, mereka mengira itulah Dajjal. Mau tahu seperti apa kisah hidupnya? Ini dia ringkasan hidup Ibnu Shayyad, orang yang disebut Dajjal.
Dajjal adalah salah seorang keturunan Adam yang diciptakan Allah untuk menjadi ujian bagi umat manusia di akhir zaman. Dengannya, banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengannya pula banyak orang yang diberi petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.
Al-Hafidz Ahmad bin Abu Abar meriwayatkan dalam At-Tarikhnya dari jalur Mujalid, dari Asy-Sya’bi ia berkata, “Kuniah (panggilan) Dajjal adalah Abu Yusuf.”
Diriwayatkan dari Umar bin Khatthab, Jabir bin Abdullah dan shahabat lainnya, bahwa Dajjal adalah Ibnu Shayyad.
Imam Ahmad menuturkan, Yazid bercerita kepada kami, Hammad bin Salamah bercerita kepada kami, dari Abu Yazid, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya, Rasulullah SAW bersabda, “Kedua orang tua Dajjal hidup selama tiga puluh tahun, tanpa dikaruniai seorang anak, kemudian dikaruniai seorang anak lelaki yang banyak memberi bahaya dan sedikit memberi manfaat, kedua matanya tertidur namun hatinya tidak tidur.”
Setelah itu Nabi SAW menyebutkan ciri kedua orang tua Dajjal. Beliau bersabda, “Bapaknya adalah seorang yang tinggi dan gempal, berhidung mancung lakasana paruh burung, sedangkan ibunya seorang wanita yang bertulang besar dan berdada besar.”
Abu Bakrah berkata, “Setelah itu kami mendengar berita bahwa seorang bayi Yahudi lahir di Madinah. Aku kemudian pergi bersama Zubair bin Awwam lalu menemui kedua orang tuanya. Kami mendapati keduanya tepat seperti yang disebutkan Rasulullah SAW.
Ternyata anak tersebut tengah berbaring di bawah terik matahari, dengan mengenakan qathifah (sejenis pakaian kemewahan). Ia bergumam. Lalu, kami menanyai kedua orang tuanya dan keduanya menjawab, ‘Kami telah hidup selama tiga puluh tahun dan belum memiliki anak, ketika kami melahirkan, anak kami buta sebelah matanya, dan banyak membahayakan kami daripada memberi manfaat.’
Ketika kami keluar, kami berpapasan dengan anak tersebut. Lalu ia berkata, ‘Aku tahu apa yang kalian bincangkan tentangku.’ Kami menjawab, ‘Apakah kamu mendengarnya?’ Ia menjawab, ‘Ya, sungguh mataku terpejam tapi hatiku tidak.’ Ternyata dia adalah Ibnu Shayyad.”
Tirmidzi mentakhrij hadits ini dari Hammad bin Salamah. Ia berkata, “Hadits ini hasan.” Saya katakan, bahkan sangat mungkar. Wallahu ‘alam.
Ibnu Shayyad adalah seorang Yahudi Madinah. Julukannya Abdullah. Ada juga yang menyebut Shafi. Riwayat menyebut kedua nama tersebut. Mungkin nama aslinya Shafi, kemudian setelah masuk Islam menggunakan nama Abdullah. Anaknya, Umarah bin Abdullah, termasuk salah satu tokoh tabi’in. Malik dan lainnya meriwayatkan hadis darinya.
Namun, seperti yang telah disampaikan, yang benar Dajjal bukanlah Ibnu Shayyad. Dan Ibnu Shayyad termasuk dajjal-dajjal pendusta yang bertaubat setelah itu, lalu ia menampakkan keislamannya. Akan tetapi, Allah lebih mengetahui isi hati dan perjalanan hidupnya. Sementara Dajjal terbesar adalah Dajjal yang disebutkan dalam hadis Fathimah binti Qais yang meriwayatkan hadis tersebut dari Rasulullah SAW, dari Tamim Ad-Dari. Dalam hadis ini disebutkan kisah jassasah. []
Referensi: Bencana dan Peperangan Akhir Zaman Sebagaimana Rasulullah SAW Kabarkan/Karya: Ibnu Katsir/Penerbit: Ummul Qura

Thursday 7 January 2016

MENJADI WANITA SHALEHAH KARENA NASIHAT SEORANG PEMUDA


Mungkin sedikit orang yang menyadari bahwa istiqomah dalam ketaatan adalah salah satu bentuk dakwah, orang-orang memahami bahwa dakwah hanyalah penyampaian dalam bentuk lisan, tulisan, atau pelajaran. Penulis pernah mendengar salah seorang da’i menyampaikan sebuah kisah tatkala ia berada di Amerika. Da’i ini adalah seorang yang berasal dari Arab Saudi. Tatkala dia ke Amerika dan menjadi pemateri di sebuah pertemuan tak disangka ada seorang pemateri juga berasal dari Arab Saudi namun sudah 40 tahun tinggal di Amerika. Tatkala ia melihat da’i ini, ia pun merasa malu dengan penampilan sang da’i yang sesuai dengan latar belakang Arabnya; memkai jubah dan mengenakan gurtah. Lalu ia menegur sang da’i untuk mengganti apa yang ia pakai karena itu terkesan kuno dan terbelakang, beda dengan penampilannya. Sang da’i tidak menanggapi serius perkataannya.
Yang mengagetkan adalah saat orang Arab Saudi –Amerika- ini melihat sang da’i menunaikan shalat di sela-sela break acara. Ia mulai terenyuh dan mengingat kembali siapakah dia ini sebenarnya. Ketika masjid atau tempat shalat sepi, ia masuk ke dalamnya dan menunaikan shalat sambil menangis tersedu-sedu. Sehabis shalat sang da’i menanyakan apa yang terjadi padanya. Ia menjawab sudah 40 tahun ini aku tidak shalat, dan aku baru teringat akan hal itu ketika melihatmu menunaikan shalat.
Itulah istiqomah dan itulah dakwah, istiqomah dalam ketaatan itu bisa menginspirasi pelaku dosa untuk bertaubat dan berhenti dari perbuatan dosanya.
Sebagaimana kisah berikut ini, seorang pemuda yang shaleh, menginspirasi seorang wanita yang hidupnya dipenuhi kelalaian dan jauh dari nila-nilai ketaatan kepada Allah. Berikut kisahnya…
Dari Ahmad bin Said dari bapaknya, ia berkisah:
Di Kufah terdapat seorang pemuda yang rajin beribadah. Ia selalu ke masjid, tidak pernah tidak. Ia juga seorang yang tampan dan baik. Lalu ada seorang gadis cantik dan cerdas jatuh hati padanya. Selang berapa lama, suatu hari gadis itu berdiri di jalan yang biasa dilewati pemuda menuju masjid.
Gadis itu berkata (untuk merayunya), “Dengarkanlah ucapanku, kemudian setelah itu terserah kamu.” Pemuda itu berlalu tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya. Sewaktu pemuda itu pulang dari masjid, wanita tersebut masih berdiri di tempatnya, dia berkata, “Wahai fulan, dengarkanlah ucapanku.” Pemuda itu serba salah, lalu ia pun menjawab, “Ini adalah perbuatan yang bisa mendatangkan prasangka buruk. Sementara aku tidak menyukai hal itu.”
Gadis itu berkata, “Demi Allah, tidaklah aku berdiri di sini karena ketidaktahuanku tentang dirimu. Na’udzubillah, kalau orang-orang melihat seperti itu dariku. Yang membuatku berani dalam urusan ini adalah pengetahuanku bahwa sedikit dari hal ini menurut orang-orang adalah banyak, dan kalian para ahli ibadah dalam urusan ini bisa berubah oleh sesuatu yang remeh. Yang ingin aku katakana kepadamu adalah anggota tubuhku selalu tertuju padamu. Maka Allah… Allah pertimbangkanlah urusanku dan urusanmu.”
Maksud gadis ini ia telah lama memperhatikan sang pemuda oleh karena itu ia katakana tujuannya berdiri di jalan tersebut karena tahu dan kagum kepada sang pemuda. Ia berani merayu sang pemuda walaupun orang-orang shaleh seperti pemuda ini menganggap besar dosa-dosa yang diremehkan orang, namun tidak jarang mereka juga tergelincir oleh wanita, gadis itu katakana “kalian ahli ibadah bisa berubah karena urusan yang remeh.”
Pemuda itu pulang dan hendak menunaikah shalat (sunah pen.) di rumah, namun ia tidak bisa melakukannya karena pikirannya terganggu. Lalu ia menulis dan keluar dari rumahnya. Ternyata sang wanita masih berdiri di tempatnya, sang pemuda pun memberikan apa yang ia tulis kepada wanita tersebut, lalu kembali lagi ke rumah.
Tulisan itu berisi, “Bismillahirrahmanirrahim.. ketahuilah wahai Fulanah, jika ada seorang muslim yang bermaksiat kepada-Nya, maka Dia menutupinya. Jika dia mengulanginya maka Allah tetap menutupinya. Tetapi jika ia telah memakai pakaian kemaksiatan, maka Allah ‘Azza wa Jalla murka dengan kemurkaan dimana langit, bumi, gunung, pohon, dan hewan-hewan tidak kuasa menanggungnya. Siapa yang kuat menanggung murka-Nya?
Jika apa yang kamu sebutkan itu suatu kebatilan, maka aku mengingatkanmu akan suatu hari ketika langit seperti luluhan perak dan gunung-gunung seperti kapas. Umat manusia berlutut di hadapan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Agung. Demi Allah, aku sendiri tidak mampu menyelamatkan diriku, lalu bagaimana mungkin aku mampu menyelamatkan orang lain saat itu? Jika apa yang kamu sebutkan itu benar (ingin mengobati luka), maka akan kutunjukkan kamu kepada dokter yang mampu mengobati luka yang perih dan rasa sakit yang pedih, Dia adalah Allah Rabbul ‘alamin. Kepada-Nya lah kamu harus berlari dengan permohonan yang benar. Aku sendiri telah sibuk –tak sempat memikirkanmu- karena firman Allah
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat) ketika hati menyesak sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang zalim tidak menyukai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-semabahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apa pun. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Mukmin: 18-20). Adakah tempat berlari dari ayat ini?
Beberapa hari kemudian gadis itu kembali berdiri di jalan yang dilewati pemuda itu. Tatkala si pemuda itu melihatnya dari jauh, ia pun hendak kembali supaya tidak melihatnya. Tetapi gadis itu berkata, “Wahai pemuda, jangan kembali. Karena tidak ada pertemuan setelah ini, kecuali di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla.” Lalu dia menangis dengan keras. Gadis itu berkata, “Aku memohon kepada Allah dimana kunci hatimu berada di tangan-Nya agar memudahkan urusanmu yang sulit.” Kemudian gadis itu mengikutinya dan berkata, “Bermurah hatilah kepadaku dengan nasihat yang bisa aku bawa. Berikanlah wasiat kepadaku yang bisa aku kerjakan.”
Pemuda itu berkata, “Bertakwalah kepada Allah, jagalah dirimu, ingatlah firman Allah, ‘Dan Dia-lah yang menidurkanmu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari’ (QS. Al-An’am: 60). Gadis itu tertunduk, dia menangis lebih keras dari tangisannya yang pertama. Setelah itu dia tidak keluar rumah, dia bersungguh-sungguh beribadah. Dia tetap seperti itu hingga meninggal dalam kesedihan, menyesali dosa-dosanya selama ini. Di kemudian hari, pemuda itu teringat akan sang gadis, ia pun bersedih karena kasihan kepadanya.
Menurut penilaian kita, wanita itu tidak meraih apa-apa dari orang yang dicintainya, tetapi dia meraih sesuatu yang lebih utama dari dunia dan seisinya, ia menemukan jalan yang baik dan amal yang shaleh. Karenanya Allah memberi wanita tersebut taufik untuk bertaubat dan memudahkannya untuk beribadah. Semoga di akhirat dia meraih apa yang diinginkannya dan berkumpul dengan orang yang dicintainya.
Sumber: Ensiklopedi Kisah Generasi Salaf

MASUK ISLAM KARENA TAKJUB DENGAN MUSLIMAH YANG MENJAGA KEHORMATANNYA


Dokter Orivia mengisahkan sebuah kejadian yang begitu berkesan bagi dirinya, sehingga kejadian itu membuatnya masuk ke dalam agama Islam. Ia mengisahkan…
Aku adalah dokter spesialis kandungan di sebuah rumah sakit di Amerika. Suatu hari, datang seorang perempuan Arab muslimah ke rumah sakit tempatku bekerja, wanita itu hendak melahirkan. Setelah beberapa saat menunggunya, waktu jagaku habis, lalu aku berpamitan kepadanya untuk pulang ke rumah dan kusampaikan bahwa ada seorang dokter laki-laki yang akan menggantikanku bertanggung jawab atas persalinannya.
Tiba-tiba perempuan itu bersedih, kemudian menangis dan mulai sedikit histeris. Ia mengatakan, “Tidak!, aku tidak ingin dokter laki-laki.”
Aku pun heran dengan perempuan ini, lalu suaminya memberitahukan kepadaku bahwa dia tidak mau ada seorang laki-laki asing yang melihatnya. Seumur hidupnya tidak ada seorang laki-laki pun yang pernah melihat wajahnya kecuali ayahnya, saudara-saudara laki-lakinya, paman-pamannya (mahramnya).
Ucapan suaminya itu membuatku tertawa keheranan, malah aku mengira tidak ada seorang laki-laki di Amerika (yang mengenalku pen.) yang belum pernah melihat wajahku. Namun aku menuruti permintaan mereka untuk menemani persalinan istrinya.
Di hari berikutnya, aku menemui mereka kembali untuk memeriksa keadaan sang istri pasca melahirkan. Lalu kuberitahukan kepada mereka bahwa setelah melahirkan kebanyakan wanita di Amerika mengalami infeksi internal dan demam. Hal itu dikarenakan mereka melakukan hubungan suami istri setelah melahirkan. Oleh karena itu, aku nasihatkan kepada mereka hendaknya tidak melakukan hubungan suami istri minimal di 40 hari pertama. Dan selama 40 hari ini hendaknya memakan makanan yang bergizi dan tidak sibuk beraktivitas karena kondisi tubuh yang masih lelah pasca melahirkan.
Muslimah ini menanggapi saran-saranku dengan mengatakan, Islam memang menetapkan aturan demikian, yakni tidak boleh berhubungan suami istri selam 40 hari setelah melahirkan (nifas) hingga wanita tersebut suci kembali. Dan mereka pun diberikan keringanan untuk tidak shalat dan puasa.
Luar biasa! Ucapannya ini benar-benar membuatku kagum bercampur heran. Islam telah mengajarkan demikian, dan kami (orang-orang non-Islam) baru mengetahuinya setelah melakukan berkali-kali penelitian panjang. Kekagumanku tidak berhenti sampai di situ, ketika kukatakan agar bayi hendaknya tidur dengan sisi kanannya, karena yang demikian itu lebih baik untuk detak jantungnya. Lalu mereka mengatakan, demikianlah memang yang disunnahkan Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Aku mengambil spesialis kandungan untuk mempelajari lebih detil lagi tentang masalah melahirkan dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Kita (para dokter) menghabiskan umur kita untuk mempelajari ilmu kedokteran ini, ternyata umat Islam telah mengetahuinya dari agama mereka.
Sejak saat itu aku mulai menekuni mempelajari agama Islam. Aku ambil cuti beberapa bulan lalu pergi ke kota lain di Amerika dimana terdapat Islamic Center yang besar. Aku habiskan hari-hariku di tempat itu untuk bertanya-jawab dan mengkaji tentang Islam serta bergaul dengan orang-orang Islam baik dari kalangan Arab atau Amerika sendiri. Alhamdulillah.. setelah beberapa bulan mengkaji aku menyatakan keislamanku dengan dua kalimat syahadat.
Sumber: islamstory.com
Pelajaran:
  • Seorang suami hendaknya mencarikan dokter perempuan untuk istrinya ketika hendak melahirkan, karena yang demikian adalah bentuk penjagaan terhadap kehormatan sang istri.
  • Hendaknya seorang muslim bangga terhadap agamanya walaupun dalam keadaan berat seperti melahirkan.
  • Berpegang teguh mengamalkan ajaran Islam adalah bagian dari dakwah.
  • Di tengah hiruk pikuknya orang-orang mengatakan bahwa seseorang muslim yang berpegang teguh terhadap ajaran agamanya adalah orang-orang yang kaku dan kolot, ternyata masih banyak orang-orang non muslim yang mengagumi ajaran Islam.
Disusun oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Tuesday 5 January 2016

Pelajaran dari Nabi Syu’aib dan Kedua Puterinya


Setelah lari dari Mesir untuk menghindari pengejaran tentara Fir’aun, Nabi Musa as. tiba di sebuah negeri yang bernama Madyan. Di sana ia melihat kerumunan manusia yang sedang berdesak-desakan untuk mengambil air dari sebuah sumur. Tak jauh dari kerumunan itu tampak dua orang gadis sedang berdiri menunggu hingga kerumunan itu bubar. Musa mendekati kedua gadis tersebut dan bertanya,“Kenapa dengan kalian?” Keduanya menjawab, “Kami tidak bisa mengambil air sampai mereka semua selesai, sementara ayah kami sudah sangat tua”. Tanpa pikir panjang lagi, Nabi Musa segera membantu kedua orang gadis itu untuk mengambil air.
Tidak berapa lama setelah itu, Nabi Musa diundang untuk datang oleh ayah kedua gadis itu yang tak lain adalah Nabi Syu’aib as. Dalam surat al-Qashash ayat 25 disebutkan bahwa salah seorang dari kedua gadis yang disuruh oleh ayahnya untuk mengundang Nabi Musa itu datang sambil malu-malu. Ia tidak termasuk tipe gadis salfa’ (gadis yang terlalu berani pada laki-laki). Rasa malu gadis itu dibalas oleh Nabi Musa dengan penuh bijak dan berwibawa ketika ia meminta gadis itu untuk berjalan di belakangnya untuk menjaga pandangan dan bisikan hati dari hal-hal yang dihembuskan oleh setan dan hawa nafsu.Muru`ah (harga diri) seorang laki-laki muslimlah yang telah mendorong Nabi Musa untuk menjaga hati dan juga ‘iffah (kesucian diri) gadis itu.
Ternyata ayah sang gadis bermaksud menawarkan Nabi Musa untuk menikahi salah seorang puterinya. Tawaran itu pun dibalas oleh Nabi Musa dengan penuh mulia yaitu pengabdian selama lebih kurang delapan tahun sebagai mahar dari pernikahan tersebut.
Dari petikan kisah ini ada beberapa pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari Keluarga Nabi Syu’aib :
Satu:
Nabi Syu’aib as. telah mengambil sebuah keputusan yang penuh bijaksana dan berani ketika ia ingin menikahkan salah seorang puterinya dengan seorang pemuda asing yang tidak memiliki apa-apa selain agama. Inilah faktor utama yang mendorong bagi Nabi Syu’aib untuk mengambil Nabi Musa sebagai menantu. Faktor ini pulalah yang seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi setiap orang tua muslim dalam mencarikan jodoh untuk anaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan,“Apabila datang kepadamu pemuda yang kamu sukai agamanya maka nikahkanlah ia (dengan puterimu), karena kalau tidak akan timbullah fitnah”. Ketika orang tua tidak lagi memperdulikan faktor agama, tapi lebih melihat kepada status sosial maka saat itu akan timbullah bencana dan malapetaka. Hubungan suami istri adalah hubungan sakral yang akan terjalin untuk selama-lamanya. Seandainya orang tua tidak pandai-pandai memilih calon pasangan untuk anak-anaknya maka sulit untuk mengharapkan mereka akan memperoleh kehidupan yang bahagia, damai dan harmonis dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan bagi Nabi Syu’aib untuk menikahkan puterinya dengan Nabi Musa adalah bahwa ternyata Nabi Musa adalah seorang pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Hal ini tampak dari bantuan yang diberikannya pada kedua gadis puteri Nabi Syu’aib itu dalam mengambil air dan juga mahar yang diberikannya dalam bentuk pengabdian kerja pada Nabi Syu’aib selama delapan tahun. Maka, ibadah ritual yang rajin tentu saja tidak cukup bila tidak diikuti oleh aplikasi nyata tehadap nilai-nilai agung yang terkandung dalam ibadah itu sendiri.
Kedua:
Bukanlah sebuah aib ketika orang tua menawarkan puterinya kepada seorang pemuda yang ia kagumi pribadi dan agamanya. Bahkan itu sudah menjadi hal yang lumrah di masa Rasulullah saw. dan salafusshaleh. Diriwayatkan bahwa Umar r.a. menawarkan puterinya, Hafshah kepada Abu Bakar, tapi Abu Bakar tidak memberikan jawaban. Kemudian Umar menawarkannya kepada Utsman, tetapi Utsman mohon maaf tidak bisa menerima tawaran tersebut. Umar sempat merasa kurang enak memperoleh reaksi yang demikian dari kedua sahabatnya tersebut. Ternyata di balik usaha Umar untuk mencarikan suami yang saleh bagi puterinya, Allah swt. telah menakdirkan seorang suami terbaik dan paling ideal untuk putrinya yaitu Rasulullah saw.
Di masa itu bahkan ada seorang wanita yang dengan berani menawarkan dirinya untuk dinikahi oleh Rasulullah saw. Meskipun Rasulullah tidak jadi menikahinya tapi wanita itu telah mengajarkan makna kesucian diri yang sesungguhnya. Adalah lebih suci dan mulia ketika seorang wanita menawarkan dirinya kepada seorang yang saleh dan bertakwa untuk dinikahi dari pada menjalin hubungan yang tidak syar’i dengan seorang yang –sudah tentu- diragukan kualitas keagamaannya. Tak ada kata malu untuk menjalankan syariat Allah dan mencari ridha-Nya meskipun dalam pandangan manusia hal itu masih menjadi sesuatu yang tabu. Karena pada hakikatnya, baik atau buruknya sesuatu itu diukur dari kacamata syariat. Segala sesuatu yang diperintahkan dalam syariat adalah baik meskipun dalam pandangan manusia hal itu masih aneh dan janggal. Dan setiap yang dilarang syariat adalah buruk meskipun manusia sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa. Hati nurani manusia sering ditutupi oleh nafsu dan syahwat sehingga ia sulit melihat cahaya kebenaran dalam wujud yang sesungguhnya.
Ketiga:
Didikan yang baik dari orang tua dapat menumbuhkan karakter yang baik dan kecerdasan pada diri anak. Hasil didikan Nabi Syu’aib terhadap puterinya tampak pada sifat malu dalam diri sang puteri saat ia disuruh ayahnya untuk mengundang Nabi Musa. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa ketika pergi memanggil Nabi Musa ia mengenakan cadar untuk menutupi wajah dan menjaga ‘iffahnya. Di samping pemalu, puteri Nabi Syu’aib juga seorang yang cerdas. Terbukti dari saran yang disampaikannya kepada ayahnya untuk mengupah Nabi Musa as. Ia berkata: “Sesungguhnya orang terbaik yang ayah upah adalah laki-laki yang kuat dan dapat dipercaya.” Perkataan puteri Nabi Syu’aib ini mengajarkan kita bahwa kriteria utama yang mesti diperhatikan dalam memilih tenaga kerja dalam bidang apa saja adalah: al-qawiyy (punya kemampuan atau skill) dan al-amiin (dapat dipercaya).
Disarikan dari buku Jurnal Al Insan Jilid 3, Penulis : Yendri Junaidi, Lc.

Saturday 2 January 2016

Ya Allah, Sampaikan Salamku pada Rasulullah


ZAID bin Datsinah RA, seorang sahabat Anshar yang termasuk dalam kelompok sepuluh sahabat dibawah pimpinan Ashim bin Tsabit. Kelompok sahabat ini dikirim Nabi SAW untuk mematai-matai kaum Quraisy (atau dalam riwayat lain, atas permintaan Bani Adhal dan Qarah untuk mendakwahi kaumnya). Kemudian mereka ini dikhianati sehingga terjadi pertempuran tidak seimbang dengan 100 orang kafir, delapan orang menemui syahidnya, Zaid bin Datsinah dan Khubaib bin Adi tertawan, dan dijual kepada orang-orang Quraisy di Makkah. Zaid dibeli oleh Shafwan bin Umayyah dengan harga 50 ekor unta.
Pada waktu yang ditetapkan untuk eksekusi, Zaid dibawa ke suatu tempat di luar Masjidil Haram. Orang-orang telah berkumpul untuk melihat hukuman mati yang akan dijatuhkan kepada Zaid. Sebagian orang-orang kafir melemparinya dengan anak panah sambil membujuknya kembali murtad. Tetapi ia tidak bergeming sedikitpun dan memasrahkan dirinya kepada Allah.
Abu Sufyan bertanya kepadanya, “Maukah kau, jika kepalamu yang akan dipenggal ini digantikan dengan kepala Muhammad, dan kamu dibebaskan sehingga bisa berkumpul dan bergembira bersama keluargamu?”
Tetapi Abu Sufyan dan orang-orang kafir itu memperoleh jawaban yang mengejutkan, Zaid berkata, “Demi Allah, kehidupanku bersama keluargaku tidak akan menjadi senang, jika aku membiarkan duri sekecil apapun menusuk badan kekasihku, Muhammad.”
Abu Sufyan berkata, “Kasih sayang yang ditunjukkan sahabat-sahabatnya kepada Muhammad tidak ada bandingannya.”
Shafwan telah menugaskan salah satu hamba sahayanya bernama Nisthas untuk membunuh Zaid, ia menikam tubuh Zaid dengan lembing sehingga menemui syahidnya. Sebelum ajal menjemputnya, ia sempat berkata, “Ya Allah, sampaikan salamku kepada Rasulullah SAW.”
Nabi SAW yang berada di Madinah mendengar salam yang disampaikannya lewat malaikat Jibril, dan beliau membalasnya, sambil mengabarkan pada sahabat-sahabat lainnya tentang pembunuhan Zaid dan Khubaib oleh orang kafir Quraisy.[]
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar

Tuesday 29 December 2015

Pesan Terakhir Habib Selon FPI Sebelum Meninggal Dunia

 Salah satu petinggi Front Pembela Islam (FPI), Habib Salim Alatas atau yang akrab disapa Habib Selon, meninggal dunia, pada Senin, 28 Desember 2015 pukul 05.00 WIB.

Dikabarkan meninggal saat dirawat di RS Jatinegara. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah, Al Mujahid wad Dai Ilallah, Habib Salim Alatas," tulis akun Twitter resmi FPI, @DPP_FPI, Senin 28 Desember 2015.





Beberapa waktu sebelum wafat, Habib Selon masih giat berdakwah meski kondisi kesehatannya sudah dirasa tidak baik.
Beberapa hari lalu saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Almarhum Habib Selon bahkan masih mengisi jadwal ceramah di beberapa tempat sekaligus dalam sehari.
Seolah menjadi 'firasat terakhir' sebelum wafat, dalam sebuah ceramahnya saat perayaan Maulid Nabi di salah satu Masjid di Jakarta Selatan, Habib Selon berpesan pada masyarakat untuk tetap gigih meneruskan dakwah Rasulullah SAW.
"Dalam momen tersebut kurang lebih intinya Beliau (Habib Selon) berpesan pada jemaah untuk gigih meneruskan dakwah Rasulullah SAW," ujar Ustaz Ahmad Fauzi, salah seorang rekan Almarhum, saat diwawancarai Dream via telepon.
Ustaz Ahmad Fauzi menambahkan, dirinya begitu mengagumi perjuangan dakwah Almarhum. "Subhanallah, Beliau tetap gigih berjuang, berdakwah hingga menjelang akhir hayatnya," tutup Ustaz Ahmad.

Uwais Al-Qarni Pemuda yang Tidak Terkenal Di Bumi Tapi Sangat Terkenal Di Langit

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.


"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi SAW memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi SAW kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi SAW itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Subhanallah

Jika dikira Kisah Ini Bermanfaat, Silahkan Dishare ke teman-teman yang lain

Sunday 27 December 2015

Pemuda yang Mendapatkan Naungan Allah

 Pemuda yang Mendapatkan Naungan Allah



Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata, yaitu 
(1) imam (pemimpin) yang adil, 
(2) pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, 
(3) seseorang yang hatinya senantiasa dipertautkan dengan masjid, 
(4) dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, 
(5) orang yang dibujuk oleh seorang wanita yang cantik lagi rupawan, maka dia mengatakan : ‘Sungguh aku takut kepada Allah,’ dan 
(6) orang yang bersedekah lalu menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta (7) orang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya berlinang.” (Muttafaq’alaih)

«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”
Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan

Inilah sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan pandai mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya, serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-saat tarikan nafsu sedang kuat-kuatnya menjerat seorang manusia. Ini tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’ala memberikan balasan pahala dan keutamaan besar baginya.

@IslamItuIndah

Monday 22 June 2015

Aktor Fast & Furious Tyrese Gibson Putuskan Jadi Mualaf

Aktor Fast & Furious Tyrese Gibson Putuskan Jadi Mualaf




Jika belakangan ini ramai diperbincangkan soal Lukman Sardi yang pindah dari Islam menjadi pemeluk ajaran agama Kristen, beda ceritanya dengan Tyrese Gibson. Aktor Fast & Furios ini memutuskan masuk Islam alias menjadi seorang mualaf.
Hal ini terlihat dari akun Instagram Tyrese, baru-baru ini. Sahabat mendiang Paul Walker tersebut mengunggah gambar bernuansa Islam yang bertuliskan "Ramadan Mubarak". Tyrese Gibson pun tampak senang menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

"Ramadan Mubarok untuk semua hati tulus Muslim di seluruh dunia, aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu!! Insya Allah berkah untuk kamu dan keluargamu," tulis Tyrese Gibson sebagai keterangan fotonya tersebut.
Kabar berpindahnya keyakinan Tyrese Gibson ini menghebohkan publik. Tyrese Gibson diketahui sudah menjadi seorang muslim sejak awal 2014. Keputusannya untuk mualaf setelah Tyrese berkunjung ke Dubai bersama Will Smith dan Maxwell.



Kepergian Tyrese Gibson ke Dubai lantaran ingin menghibur dirinya pasca-meninggalnya Paul Walker. Di Dubai, Tyrese Gibson sempat berfoto mengenakan sorban lengkap dengan baju muslim berwarna putih. Setelah menjadi mualaf, Tyrese merasa seperti manusia yang terlahir kembali.
Dilansir laman VOA Islam, Jumat (19/6/2015), Tyrese juga mendapat hidayah dari sebuah film pendek berjudul The Purpose of Life garapan Talk Islam. Video Tyrese Gibson yang menyebutkan alasannya memeluk ajaran Islam juga telah beredar tahun lalu. Keputusan Tyrese ini disambut baik oleh para penggemarnya.(Fir/Mer)




Monday 27 April 2015

Kisah Islam Seorang Anak dan Ayahnya

Seorang gadis membeli sebuah hape keluaran terbaru. Untuk melengkapi hapenya nya gadis itu juga membeli layar antigores dan sebuah cover cantik untuk hape tersebut.
Gadis itu menunjukkan handphone barunya kepada sang ayah, kemudian terjadi percakapan seperti di bawah ini:




Ayah: “Wah, hape mu bagus sekali nak. Berapa harganya?”
Gadis: “Harga hapenya 7 juta, 200 ribu untuk covernya, dan 100 ribu untuk antigoresnya.”
Ayah: “Oh, kenapa kamu sampai harus membeli cover dan antigoresnya? Padahal kamu bisa menghemat 300 ribu”.
Gadis: “Ayah! Aku sudah menghabiskan 7 juta untuk membeli hape ini, bagaimana kalau hape ini sampai rusak!? 300 ribu bukan apa-apa dibandingkeamanan hapeku. Lagipula covernya membuat hapeku semain terlihat cantik.”
Ayah:” Hmm, bukankah berarti produsen hapemu itu teledor karena membuat hape yang tidak cukup aman jika tidak pakai perlindungan?”
Gadis:” Tidak Ayah! Produsen Hape ini sendiri yang merekomendasikan untuk membeli layar antigores dan cover untuk perlindungan. Dan aku tentu tidak mau Hapeku rusak!”
Ayah: “Apakah semua itu malah membuat kecantikan hapemu berkurang?”
Gadis: “Tidak, malah Hapeku semakin terlihat cantik”.
Sang ayah menatap anak perempuannya kesayangannya dengan senyum penuh sayang. Kemudian sang ayah berucap:
“Anakku, kamu tahu ayah sangat menyayangimu. Kamu membayar 7 juta untuk membeli hape favoritmu dan 300 ribu untuk perlindungannya. Dan Ayah sudah membayar dengan segenap hidup ayah untuk memilikimu, apalah artinya kalau kau tidak mengcover dirimu dengan hijab untuk perlindunganmu.
Handphone ini tidak akan dipertanyakan di akhirat ini, tapi anakku, kau dan ayah akan dipertanyakan tentang perlindunganmu."
(Sumber: Renungan Kisah Inspiratif Muslimah) - BBM: 52B5245E